Ruqyah Syar’iyyah Vs Ruqyah Syirkiyyah

<!– @page { size: 21cm 29.7cm; margin: 2cm } P { margin-bottom: 0.21cm } –>


Ruqyah secara etimologi adalah al-‘Auzdah yang berarti bacaan perlindungan. Adapun ruqyah secara istilah bacaan untuk mengobati atau penjagaan terhadap penyakit. Jika bacaan pelindungan tersebut berasal tersebut berasal dari al-Qur’an dan al-Hadits Rasul yang shahih serta dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw dalam melakukan pengobatan atau penjagaan terhadap penyakit, maka ruqyah tersebut dinamakan dengan ruqyah syar’iyyah.

Berkenaan dengan ruqyah syar’iyyah (ruqyah yang sesuai syariah) ini dalilnya adalah sebagai berikut:

  1. Al-Qur’an:

    • Allah SWT berfirman, “Dan Kami turunkan dari al-Qur’an suatu yang menjadi obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang zalim selain kerugian” (QS. al-Isra: 82)

    • Allah SWT berfirman, “Hai manusia, sesungguhnya telah datang (al-Qur’an) kepadamu pelajaran dan obat bagi penyakit-penyakit (yang berada) di dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman” (QS Yunus: 57)

2. Al-Hadits:

  • Aisyah berkata, “Jika salah seorang dari keluarga Rasulullah saw menderita sakit, maka beliau meniupkan kepadanya dengan membaca doa untuk meminta perlindungan dan pertolongan (al-muawwidzat). Ketika Rasulullah saw menderita sakit menjelang wafatnya, saya bacakan ruqyah dan saya tiupkan ke tangan beliau sendiri, lalu saya usapkan ke wajahnya, karena tangannya lebih mendatangkan berkah daripada tanganku.” (HR Muslim).

  • Abu Said berkata, “Jibril telah datang kepada Rasulullah saw, dia berkata: “Wahai Muhammad, apakah kamu merasakan sakit? “Rasulullah saw menjawab: “Ya”. Lalu Jibril berdoa: “Bismillaahi arqik min kulli sya’in yu’dzik min syarri kulli nafsin au ‘ainin hasid, Allahu yasfik, bismillaahi arqik. “Artinya: “Dengan nama Allah saya meruqyah kamu, dari segala yang menyakitimu, dan dari kejahatan setiap jiwa atau setiap mata yang dengki, semoga Allah menyembuhkanmu, dengan nama Allah saya meruqyahmu,” (HR Muslim).

  • Abdullah bin Abbas berkata, “Salah seorang perempuan pernah datang kepada Rasulullah saw sambil membawa anaknya, lalu berkata, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya anak ini mempunyai penyakit gila (kesurupan), dia akan terganggu ketika kami makan, hingga dia mengganggu makan kami’ Maka Rasulullah saw mengusap dadanya dan mendoakannya, hingga ia memuntahkan dari mulutnya seperti anak anjing hitam, yang dapat berjalan.” (HR Ahmad dan Darimi).

  • Jabir bin Abdullah berkata, “Pada perang Dzatur Riqa’, kami keluar bersama Rasulullah saw hingga samapai pada Buhrah Waqim (nama sutu tempat). Tiba-tiba seorang perempuan badui datang menemui Nabi saw sambil membawa anaknya, lalu berkata, “Wahai Rasulullah, anak saya ini telah diganggu setan (kesurupan)’. Kemudian beliau bersabda, ‘Coba dekatkan dia kepada saya! Maka perempuan itu pun mendekatkan anaknya. Lalu beliau bersabda, “Bukalah mulutnya!’ Perempuan itu membukanya. Maka Rasulullah saw meludahi mulutnya, lalu beliau bersabda, ‘Enyahlah engkau wahai musuh Allah! Aku adalah utusan Allah!’ kalimat ini diucapkan Rasulullah saw sebanyak tiga kali, lalu beliau bersabda, ‘Anakmu sudah baik, tidak ada lagi yang mengganggunya’.” (HR Thabrani).

  • Abdullah bin Mas’ud berkata, “Bahwa dia pernah membacakan ayat Al-Qur’an pada telinga orang yang kesurupan, lalu orang itu pun sadar. Kemudian Rasulullah saw bertanya kepadanya, “Apa yang kamu bacakan pada telinganya?’ Abdullah bin Mas’ud berkata, ‘saya membacakan firman Allah Surat al-Mukminun ayat 115-118’. Rasulullah saw bersabda, “Sekiranya ada seorang yang mendapat taufik dari Allah membacakan ayat ini kepada gunung, niscaya gunung itu hancur lebur’.” (HR Hakim).

Beberapa kutipan ayat al-Qur’an dan al-Hadits di atas menjelaskan bahwa metode ruqyah syar’iyyah mempunyai landasan yang kuat dalam pelaksanaannya. Nabi Muhammad saw selama beliau ada pernah diruqyah, meruqyah serta memperbolehkan sahabatnya untuk meruqyah orang lain.

Selain ruqyah syar’iyyah ada juga yang dinamakan ruqyah syirkiyyah. Ruqyah syirkiyyah mengandung pengertian yaitu bacaan perlindungan berasal dari bacaan atau doa yang mengandung kesyirikan kepada Allah seperti menggunakan bantuan jin yang bersekongkol dengan dukun, menyuruh memakai jimat dan melaksanakan ritual yang tidak ada dalam syariat. Ruqyah syirkiyyah sudah ada sebelum datangnya risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw atau sudah ada sejak zaman jahiliyyah. Ruqyah syirkiyyah terlarang didasarkan pada beberapa dalil, sebagai berikut:

1. Al-Qur’an:

  • Allah SWT berfirman, “Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di kalangan jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan” (QS. Al-Jinn: 6)

2. Al-Hadits:

  • Sesungguhnya ruqyah (syirkiyyah), tamimah (jimat-jimat) dan tiwalah adalah syirik” (HR Ahmad dan Abu Dawud)

  • Auf bin Malik bertanya perihal ruqyah yang pernah ia lakukan di zaman jahiliyyah: ‘Bagaimana pandanganmu, Ya Rasulullah tentang hal ini, maka beliau bersabda, ‘Perlihatkan kepadaku metode ruqyahmu, tidak mengapa ruqyah selama tidak mengandung unsir syirik’.” (HR Muslim)

  • Barangsiapa mendatangi dukun dan membenarkan apa-apa yang telah dikatakannya, maka sungguh ia telah kufur kepada apa yang telah diturunkan kepada Muhammad saw” (HR Abu Dawud)

  • Kharijah bin Shalt meruqyah seseorang dengan Surat al-Fatihah selama tiga hari, pada waktu siang dan malam. Dan setiap kali selesai membacanya, dia mengumpulkan ludahnya, lalu meludahkannya ke mulut orang tersebut, kemudian dia sembuh. Lalu mereka (kaum yang mempunyai seseorang yang sakit) memberinya seratus ekor kambing kepada saya. Saya mendatangi Rasulullah saw dan menceritakan duduk perkaranya yang sebenarnya. Beliau bertanya, “Apakah kamu membacakan doa selain al-Fatihah ini?” Saya berkata, “Tidak”. Beliau bersabda, “Ambillah (upah seratus ekor kambing)! Demi Allah, haram hukumnya orang yang makan (berusaha) dari hasil ruqyah yang salah, tetapi kamu makan dari hasil ruqyah yang benar.” (HR Abu Dawud)


Tinggalkan komentar